Jadi Narasumber FGD Indonesia Damai, SYL Jelaskan Hakikat Pemerintahan bagi Rakyat
RAKYATKU.COM – Mantan Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo hadir sebagai narasumber dalam forum group discussion (FGD) kebangsaan, Senin (26/8/2019).
FGD bertajuk, “Dari Makassar untuk Indonesia Damai; Akselerasi Peran Pemerintah Menuju Masyarkat Adil dan Sejahtera” itu digelar di Warkop Phoenam, Makassar.
Berikut rangkuman ide sosok yang dijuluki “Komandan” itu lewat SYL Way:
Mencapai masyarakat yang adil dan sejahtera adalah tujuan hampir semua pemerintahan yang merdeka. Kita di Indonesiia menyebutnya masyarakat yang adil dan makmur yang intinya mewujudkan kesejahteraan yang lahir dan batin.
Banyak orang tak berani mendefinisikan sejahtera itu apa karena begitu ditunjukkan kelimpahan ekonomi sebagai ukuran, maka segera akan ada yang membantahnya. Ada juga yang mengukur sejahtera dalam arti sehat, cukup sandang dan pangan cukup, serta ada rasa aman dan damai di dalamnya.
Maka ketika mengukur kesejahteraan dalam perspektif statistik, maka ukurannya adalah angka-angka. Kalau ukuran para seniman, sejahtera adalah kebebasan berekspresi dan mengaktualisasikan keindahan dengan seluas-luasnya.
William Shakespeare bahkan dengan sederhana mengatakan “Prosperity’s the very bond of love.” Bahwa kesejahteraan adalah cinta yang terkuat. Maka kesejahteraan bagi William Shakespeare adalah ketika kita bisa melihat suasana cinta hadir dan dirasakan di dalam setiap lingkungan kita.
Seorang penulis ternama Amerika, Wayne Dyer, mencoba menjelaskan kesejahteraan dalam satu kalimat singkat: “When I chased after money, I never had enough. When I got my life on purpose and focused on giving of myself and everything that arrived into my life, then I was prosperous.” Bahwa ketika saya mengejar uang, saya tidak permah merasa cukup. Ketika saya mendapati diriku memiliki tujuan hidup dan fokus mengabdikan diriku, saya merasa memiliki segalanya, lalu itulah yang saya pahami sebagai kesejahteraan.
Maka sejahtera bagi orang-orang seperti Wayne Dyer lebih luas dari sekadar ukuran ekonomi.
Maka ketika kita kembali kepada topik pembicaraan tentang mewujudkan masyarakat yang adil dan sejahtera, maka ini akan mengantarkan kita kepada pendefinisian tujuan kemerdekaan itu sendiri dan mempertanyakan dimana peran pemerintah di dalamnya. Maka sebaiknya kita sederhanakan pencarian kita sehingga sampai kepada pertanyaan sederhana mengenai apa hakikat pemerintahan bagi rakyatnya.
Sepanjang perjalanan saya berkecimpung di dunia pemerintahan, satu hal yang saya yakini bahwa hakikat kehadiran pemerintah bagi rakyat adalah seharusnya bisa menjadi rahmat. Dalam bahasa Inggris disebut “Blessing”, bukan sekadar anugerah tetapi lebih dalam dari itu memberikan suasana tenteram, keyakinan harapan dan kebanggaan.
Kalau demikian ia mempunyai daya gerak, daya bakar, daya dorong yang riil atau nyata. Dia memfasilitasi, mengakselerasi, menumbuhkan, menguatkan dan memberikan makna kepada setiap gerakan bersama masyarakat. Ambil contoh arti hujan bagi tanaman dan hewan. Dibutuhkan pada kadar yang diperlukan pada waktu dan momentum yang tepat, itulah arti pemerintahan.
Pemerintahan yang terlalu ikut campur pada setiap aspek kehidupan masyarakatnya akan mematikan kreatvitas dan melemahkan kemandirian. Demikian pula sebaliknya, bila pemerintah terlalu menyerahkan segala sesuatunya kepada rakyat untuk menentukan arah dan jalannya pembangunan, maka pemerintahan yang seperti ini akan menciptakan arah pemerintahan dan pembangunan tidak menentu.
Lalu bagaimana pemerintah dapat diakselerasikan kalau pemerintah sendiri bukanlah objek melainkan subjek bersama-sama dengan masyarakatnya. Maka pemerintah seharusnya mengakselerasi setiap kekuatan masyarakat agar pemerintah tidak capek mendayung sendiri.
David Osborne sejak lama mengingatkan agar pemerintah berhenti mendayung karena pasti capek dan rakyatnya pada suatu saat akan masa bodoh karena tidak diberikan peran yang signifikan.
“Better steering rather than rowing”. Kata Osborne bahwa pemerintah seharusnya memberikan arah yang jelas tentang ke mana rakyat akan dibawa karena rakyat sebenarnya memiliki energi yang luar biasa untuk mewujudkan sasaran-sasaran pembangunan, cuma jarang didayagunakan karena di masa lalu pemerintah selalu merasa potensial padahal tidak demikian.
Kalau kita mencoba menghitung kontribusi masyarakat dibanding pemerintah pada daerah atau bahkan negara, maka terlihat jelas bahwa kontribusi rakyat jauh lebih besar. Maka apapun yang didukung oleh rakyat, maka akselerasinya menuju kesejahteraan terutama kedamaian akan lebih cepat terwujud.
Mari kita menjadi saksi mata sebuah perhelatan besar yang akan diputuskan pemerintah yakni pemindahan ibu kota negara. Banyak orang berpikir bahwa itu sangat berat. Tetapi pemerintah yang menyadari dan mampu menggerakkan potensi rakyatnya, itu bukan perkara susah. Yang terpenting ada kepercayaan dan perencanaan yang matang, maka pekerjaan memindahkan gunung pun bukan hal yang mustahil.
Leave A Comment