FKPPI bantah keras terlibat aksi di asrama mahasiswa Papua
LENSAINDONESIA.COM: Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan dan TNI Polri (FKPPI) meminta kepada semua pihak termasuk masyatakat agar tidak terprovokasi dengan informasi liar di media sosial (medsos) terkait kisruh di Papua akibat keributan di asrama mahasiswa Papua di Jalan Kalasan 10 Surabaya pada Jumat (16/08/2019) lalu.
Sekretaris Pengurus Daerah (PD) XIII FKPPI Jatim Tony Hartono menyatakan, kisruh di Papua beberapa hari lalu merupakan dampak profokasi dan informasi hoax yang beredar di medsos dan media massa.
Akibat malinformasi itu, lanjut Tony, saat ini FKPPI seolah menjadi pihak terlibat dalam keributan di asrama mahasiswa Papua Jl Kalasan Surabaya tersebut.
“Kami menghimbau mohon semua menahan diri jangan melihat setiap persoalan dari permukaan saja, sehingga terprovokasi informasi di medsos. Ini sepertinya ada settingan pihak tertentu. Sedang kita cermati,” katanya dalam keterangan pers di Surabaya, Rabu (21/08/2019).
Tony membantah keras informasi yang menyebut bahwa FKPPI terlibat dalam aksi massa di depan asrama mahasiswa Papua Jl Kalasan Surabaya.
“Silahkan dibuktikan. FKPPI tidak akan pernah melakukan aksi yang membawa unsur SARA karena tidak sesuai dengan FKPPI slogan NKRI harga mati. FKPPI toleran, menghargai perbedaan suku, agama dan ras. Kami tidak pernah memerintahkan baik secara kelembagaan maupun perintah personal untuk melakukan aksi liar,” tegasnya.
Terkait anggota informasi viral di media sosial ada anggota FKPPI atas nama Tri Susanti yang disebut sebagai pihak yang menyatakan bendera merah putih di depan Asrama Kalasan di masukkan selokan, Tony menyatakan bahwa apa pun pernyataan yang di sampaikan Tri Susanti murni bersifat personal, tidak mewakili lembaga FKPPI.
“Kalau ada orang perorang berkumpul melakukan aktifitas yang kebetulan di situ ada salah satu anggota FKPPI apa itu bisa disebut mewakili lembaga?
“Lembaga kami jangan dikorbankan untuk kepentingan dari luar (eksternal). Kami tidak akan mendiamkan masalah ini, kami akan proses oknum ini dengan sangsi organisasi,” tandasnya.
Tony menyampaikan, FKPPI merupakan lembaga yang sudah berdiri lebih dari 40 tahun. Dengan usia yang dewasa tersebut, tentu FKPPI pun matang dalam menjalankan kegiatan organisasi, termasuk saat menyikapi isu-isu seperti pembuangan bendera itu.
“Setiap warga negara tentu akan tersinggung bila merah putih diusik. Tetapi kami tentu tidak lantas serta merta melakukan tindakan. Harus diketahui kebenarannya dulu. Kalaupun kita menyikapi sebuah isu dengan aksi, itu pun harus harus sesuai kesepakatan organisasi, ada mekanismenya,” pungkasnya.@LI-13
Sumber :
Leave A Comment