Kepemimpinan Dalam Sektor Publik dan Sektor Bisnis

Oleh
Susetya Herawati
9/08/2020

Kesamaan anatara kepemimpinan sektor bisnis dan sektor public adalah sama sama memberikan pelayanan yang maksimal. Namun terdapat perbedaan yang sangat esensial yaitu : Esensi dari kepemimpinan sektor publik adalah non profit. Sedangkan kepemimpinan dalam Bisnis bersifat profit (harus untung). Selanjutnya Kepemimpinan dalam sosial terjadi berdasarkan penghargaan dari lingkungan sekitar karena adanya kepercayaan.

Kepemimpinan sektor publik

Kepemimpinan merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk membuat orang lain dengan penuh pengertian, keyakinan mengikuti diri kita dalam mencapai tujuan tertentu. Dalam hal ini diperlukan suatu kemampuan human relation yang baik untuk dapat melakukan komunikasi dan motivasi sehingga seseorang atau kelompok akan terpengaruh dengan rencana yang akan kita lakukan. Dalam kepemimpinan kita tidak memerlukan orang yang memiliki keahlian khusus tetapi kita membutuhkan orang yang mampu merangkai dari keahlian banyak orang dan dia (pemimpin) tersebut dapat melakukan perintahnya untuk dikerjakan oleh orang yang ahli dalam bidang tersebut, jadi kepemimpinan adalah seseorang yang mampu mengkonstruksikan kemampuan banyak orang untuk mendukungnya memimpin dalam lingkungan organisasinya dengan tujuan yang jelas.
Dalam ilmu administrasi publik kepemimpinan adalah kemampuan untuk melakukan pendekatan psikologis dengan orang orang yang di pimpin, ada pendapat dari Nigro and Nigro (1984:241) dalam pendekatan ini dengan istilah Human Motivation, kepemimpinan dengan melihat tingkat kepuasan dari orang-orang yang di pimpinnya, sehingga mekanisme struktur informal lebih banyak dilihat dari pada struktur formal. Sedangkan dalam Mc Gregory (1977:4) konsep moral leadership memiliki 3 karakteristik yaitu mempengaruhi orang berdasarkan pada power atau kekuasaan, untuk kepentingan bersama, adanya pemahaman yang baik dari orang-orang yang dipimpin terhadap pemimpin serta program-programnya dan seorang pemimpin memiliki komitmen yang kuat dan tanggungjawab yang tinggi.

Kepemimpinan sektor publik adalah seseorang yang memiliki kapasitas melakukan efisiensi, melakukan perintah, mengkreate tindakan dan memiliki komitmen dalam lingkungan kerja. Dalam publik sektor seorang pemimpin harus memiliki kapasitas dan kemampuan dalam melakukan adaptasi terhadap lingkungan termasuk di dalamnya adalah setiap permasalahan yang berkembang, seorang pemimpin juga harus mampu melakukan inovasi dalam organisasi yang dipimpinnya apakah inovasi tersebut impak akhirnya pada penguatan SDM ataupun sistem yang ada dalam organisasi tersebut. Seorang pemimpin juga harus mampu merancang dan memilih semua tindakannya yang dilakukan oleh bawahannya dengan sangat efektif dan akan menghasilkan efisiensi dalam banyak hal yaitu, waktu, uang dan jumlah orang yang melaksanakannya.

Dalam publik sektor fokus utama dalam kepemimpinan adalah bagaimana memberikan pelayanan yang baik bagi masyarakat yang dipimpinnya, sehingga karena konsepnya pada pelayanan keluaran yang didapat adalah pelayanan sebagai jasa dan seni. Dalam bentuk jasa, seorang pemimpin harus mampu memberikan pelayanan yang meliputi komoditi yang diperjual belikan di pasar (layanan publik dengan tarif semurah mungkin dan dapat diprivatisasikan) dan layanan yang tidak dapat diprivatisasikan (layanan masyarakat , no price) seperti akte kelahiran, KTP, lisensi dan perijinan. Sedangkan pelayanan sebagai seni merupakan upaya penyelenggaraan pelayanan antara pimpinan organisasi dan karyawan untuk mengefektifkan aktivitas pelayanan sesuai kondisi dan situasi dalam organisasi tersebut atau situasi dan kondisi diluar organisasi yaitu yang di layani.

Kepemimpinan sektor bisnis dan sektor publik .

Kepemimpinan dalam sektor bisnis orientasi utamanya bahwa visi dan misi yang ditetapkan adalah untuk meningkatkan taraf hidup perusahaan dan pegawai. Pelayanan yang diberikan tentu harus memuaskan pelanggannya. Karena hanya kepuasan pelanggan dan customer loyal yang akan membawa perusahaan tersebut maju, untuk itu dalam kepemimpinan sektor bisnis lebih diutamakan orang yang selain memahami sistem manajeman perusahaan juga orang yang mampu melakukan negosiasi dengan para pekerja dan pasar yang menyerap produk dari hasil produksinya atau jasa yang di berikan oleh perusahaan.
Perbedaannya dengan kepemimpinan di sektor publik adalah fokus utama pelayanan untuk masyarakat tanpa melihat kepentingan pribadinya intinya pemimpin dalam sektor publik harus benar benar mampu memberikan keadilan dan kesejahteraan bagi masyarakat , sedangkan kepemimpinan pada sektor bisnis adalah memberikan pelayanan sebaik mungkin kepada konsumen (masyarakat) dengan imbalan loyalitas customer dan keuntungan dalam bentuk kesejahteraan bagi dirinya dan karyawan lain dalam perusahaan tersebut.
Dalam Kepemimpinan sektor bisnis yang diperhatikan adalah kelangsungan perusahaan berdasarkan keuntungan materi untuk organisasinya dan para pegawainya. Sedangkan dalam sektor publik, pelayanan adalah bagaimana mensejahterakan masyarakat tanpa imbalan khususnya bagi karyawan atau pegawai di sektor publik. Kepemimpinan dalam sektor bisnis ini merupakan bagaian dari tugas pemerintah yang di privarisasikan dalam upaya memenuhi kehidupan masyarakat secara cepat, dan efisien.

Kepemimpinan dalam sektor sosial adalah bagaimana membuat situasi lingkungan masyarakat aman, tidak ada harapan keuntungan dalam bentuk materi, yang ada adalah bagaimana pemimpin sektor sosial mampu membuat lingkungannya aman dan saling mengenal satu dengan yang lainnya. Seluruh kegiatan dalam kepemimpinan sektor sosial dilakukan secara bersama-sama dan menunjuk satu orang yang berdasarkan kesepakatan serta di percaya dalam masyarakat untuk memimpin lingkungan tersebut. Misalnya adanya rembuk desa atau rembuk lingkungan komplek untuk merapikan gorong-gorong, atau membuat acara bertandingan bersama antar RT dll.

Kompetensi Skill dan atribut positif yang menentukan keberhasilan di sektor publik .

Keberhasilan dalam sektor publik tentu tidak terlepas dari peran penting dari pemimpinnya. Untuk mencapai keberhasilan tersebut dalam era globalisasi yang telah terjadi dengan percepatan revolusi teknologi, dominasi perekonomian dan industri globalisasi bisnis, politik, budaya dan kepedulian terhadap lingkungan hidup. Sementara pada sisi lain terjadi erosi kepercayaan diri pada lembaga, termasuk lembaga pemerintah, keluarga dan agama , terjadinya tekanan ekonomi yang begitu dasyat akibat persaingan global, adanya peralihan demografi dan sosial budaya yang telah membuat diversifikasi dan fragmentasi nilai, gaya hidup . Akibat itu semua diperlukan kemampuan dari seorang pemimpin yang memiliki kompetensi untuk menjalankan keberhasilan pada sektor publik.

Kemampuan kompetensi yang di maksud merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin agar dapat mengatasi setiap persoalan yang terjadi akibat perubahan dari munculnya globalisasi yang dipercepat oleh revolusi teknologi. Dalam Burn Nanus (2001) ada empat kunci kompetensi yang harus di miliki seorang pemimpin adalah :
a. Memiliki kemampuan berkomunikasi efektif dengan manajer dan pegawai lain dalam organisasi
b. Memahami lingkungan luar dan memiliki kemampuan bereaksi tepat atas segala ancaman dan peluang
c. Memegang peran penting dalam membentuk dan mempengaruhi praktik organisasi, prosedur, produk dan jasa
d. Memiliki dan mengembangkan ceruk untuk mengantisipasi masa depan.

Dan menurut Barbara Brown (2003) sepuluh kompetensi yang harus dimiliki adalah :
1. Visualizing , memberikan gambaran tentang apa yang hendak dicapai dan kapan hal tersebut akan dicapai.
2. Futuristic thinking, memikirkan posisi bisnis pada saat ini dan posisi yang akan datang
3. Showing foresight, perencanaan yang dapat memperkirakan masa depan
4. Proactive planning, menetapkan sasaran dan strategi spesifik untuk mencapai sasaran, mampu mengantisipasi atau mempertimbangkan rintangan potensial dan mengembangkan rencana darurat menanggulangi rintangan itu.
5. Creative thinking, Berusaha mencari alternatif jalan keluar yang baru dengan mempertimbangkan isu, peluang dan masalah.
6. Taking risks , berani mengambil resiko dan menganggap kegagalan sebagai peluang bukan kemunduran
7. Process alignment , mengetahuai bagaimana menghubungkan sasaran dirinya dengan sasaran organisasi, dapat menselaraskan tugas dan pekerjaan setiap departemen dalam organisasi.
8. Coaliting building, menyadari bahwa dalam organisasi sasaran dirinya harus menciptakan hubungan harmonis , ke dalam dan keluar organisasi.
9. Continuous learning, mampu teratur mengambil bagaian dalam pelatihan dan berbagai jenis pengembangan lain. Di dalam dan di luar organisasi.
10. Embracing change , mengetahui perubahan penting bagi pertumbuhan dan pengembangan.

Pemimpin yang memiliki kemampuan kompentensi ini harus didukung dengan komitmen yang jelas sehingga setiap perubahan yang dilakukan demi keberhasilan dalam memimpin di sektor publik menjadi bagian dari integritas pribadi dari pemimpin itu sendiri. Integritas positif dari pemimpin dapat memberikan pengaruh positif bagi seorang pemimpin yaitu adanya kesatuan dalam kata dan perbuatan, memiliki konsistensi dan kesungguhan, kesediaan menerima resiko, amanah dan memiliki moral yang baik dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai seorang pemimpin.

Kesenjangan kepemimpinan dalam sektor publik, karena terdapat nilai-nilai budaya yang hilang dalam memberikan pelayanan publik. Nilai-nilai dasar itu berupa kurangnya dedikasi terhadap nilai –nilai yang mendasari pelayanan publik dan kepentingan warga yang dilayani. Sehingga ada kecenderungan pengembangan kepemimpinan sektor publik lebih kepada : (1). Mengembangkan strategi yang komprehensif, (2). Meyiapkan lembaga baru untuk mengembangkan kepemimpinan, (3) Melakukan pelatihan manajeman kepemimpinan . Sementara dari sisi yang berbeda ada juga kecenderungan dalam mengembangkan pemimpin masa depan yaitu : Adanya kompetensi bagi pemimpin masa depan, dengan tanggungjawab pada kemampuan dan peran sesuai lingkungan yang berkembang pada masa depan. Dalam memilih pemimpin yang potensial adalah dengan mengidentifikasi pemimpin masa depan, yang memberikan pilihan apakah akan memilih pemimpin dari dalam atau dari luar (dilakukam pemilihan calon pemimpin dengan metode perekrutan yang cerdas), menjaga kepemimpinan dalam pengembangan kepemimpinan berkelanjutan.

Terjadinya pergeseran strategi pengembangan kepemimpinan, karena adanya satu kondisi yang mempengaruhi pada pengembangan kepemimpinan di tingkat elit , misalnya saja memiliki kepentingan sendiri maka ini akan mengakibatkan , para pemimpin tersebut memiliki banyak keuntungan, dan sekaligus juga membahayakan. Karena akan merugikan negara. Hal lain karena pemimpin pada pengembangan ini menjadi tidak responsif terhadap masyarakat.

Penguatan kepemimpinan sebagai solusi untuk menjawab tantangan publik, penting melakukan strategi budaya sektor publik.
Strategi kepemimpinan yang sukses adalah yang melibatkan perubahan budaya. Melakukan perubahan budaya tidaklah mudah karena akan memerlukan waktu yang sangat lama dan akan menghadapi tekanan yang begitu kuat hal ini karena strategi budaya pada kepemimpinan sektor publik tersebut bertujuan untuk melakukan perubahan perilaku dan membentuk budaya baru dalam sektor publik.

Susetya Herawati
Wakil Sekjen Pengurus Pusat KB FKPPI