Wanita Sering Dianggap Hanya Sebagi Koncowingking

Sering kita mendengar bahwa wanita itu adalah “koncowingking”. Karena anggapan sebagai koncowingking tersebut banyak sekali hak hak para wanita ini menjadi berkurang akibat adanya aturan yang melarangan termasuk larangan untuk berpendapat , meskipun saat ini sudah mulai terbuka kesempatan itu dengan 30% mewakili ditingkat Legislatif, namun masih sangat lekat bahwa itu adalah bagian dari larangan – larangan tadi.

Kita kaum wanita seyogyanya tidak harus merasa berkecil hati dengan anggapan yang demikian itu. Namun bagimana kita mampu keluar dari stigma dengan pemaknaan minor dari lingkungan. Dan mari sebagai Kader Wanita FKPPI kita bersama – sama berani mengubah cara pandangan tersebut dengan membalikkannya.

Membalikkan pandangan tersebut tentu dengan cara kita menyikapinya , khususnya bagi kita Kader Wanita FKPPI. Kita harus mampu melihat dari sisi positifnya dan membangunnya menjadi sebuah kesadaran bersama bahwa koncowingking adalah sebuah pertahanan keluarga, dan jika ketahanan keluarga terbangun dengan baik maka pertahanan negara juga akan kokoh. Dan itu menjadi tugas seorang wanita di dalam keluarga, khususnya dalam mendidik putra -putrinya sebagai generasi penerus.

Mari kita melihat sebuah permainan kelompok yang banyak disukai oleh mayoritas manusia dibelahan dunia ini , yaitu Sepak Bola. Coba kita perhatikan bersama sama , siapakah pemain dari team sepak bola yang tidak pernah pergi meninggalkan area sekitar gawang yang harus dia jaga ? tentu jawabannya adalah Kiper. Di mana posisi Kiper tersebut ? tentu di paling belakang dari seluruh team yang ada. Kita dapat menyandingkan diri kita kaum wanita sebagai Kiper di dalam keluarga, koncowingking yang harus menjaga kokohnya keluarga.

Dalam menjaga gawang sang kiper membutuhkan team yang solid dan kuat , untuk menjaga pertahanannya. Namun ketika semua team nya tidak mampu lagi dan bahkan harus ada tendangan pinalti maka Kiper sang penjaga gawang memiliki tanggung jawab lebih untuk menjaga ketahanan dan pertahanan gawangnya, agar bola lawan tidak masuk. Begitu juga dengan wanita sebagi koncowingking, harus mampu menjaga keluarganya.

Dalam sejarah Raja –raja , seorang wanita yang menikah dengan pimpinan kerajaan di sebut dengan Permaisuri. Permaisuri tidak mudah untuk digantikan karena dia simbol perdamaian, begitu juga isteri ( sebutan wanita yang menikah) dalam suatu rumah tangga. Pergantian permaisuri akan menjadi sebuah bencana besar dalam tampuk pemerintahan, begitu juga dalam keluarga.

Pemahaman ini terjadi dalam permainan Sepak bola bahwa seorang Kiper hampir tidak pernah digantikan dalam sebuah pertandangian sepak bola.

Dari dua perumpamaan di atas maka wanita dalam membangun dirinya haruslah memiliki kesehatan pikir, hati yang lapang, dan cerdas dalam menjalankan setiap ide dan pemikirannya. Wanita pada dasarnya mudah bergaul, mudah memaafkan dan sangat fleksibel. Selain itu wanita juga lebih cenderung memiliki pandangan ke depan ketika membuat sebuah keputusan , cepat bertindak, realistis, kreatif, antusias dan energik.

Demikianlah Koncowingking itu, yang mestinya mampu mengilhami para wanita khususnya kader Wanita FKPPI.

Wanita FKPPI, seorang istri yang memiliki kepatuhan dalam keluarga.

Wanita FKPPI, seorang ibu bagi putra putrinya, memiliki tugas untuk menjaga, melindungi dan mendidik.

Wanita FKPPI, seorang sahabat yang mencerahkan seluruh persoalan dalam perjalanan kehidupan dalam keluarga dan lingkungannya.

Wanita FKPPI , memiliki peran dalam pembangunan dengan mewujudkan Tekad Keluarga Besar FKPPI melalui Wadah Organisasi Wanita FKPPI.

Susetya Herawati.
Wakil Ketua Umum Wanita FKPPI