JAKARTA – Meski pangkat ayahnya tidak tinggi, namun Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya telah membuktikan dirinya mampu untuk kedua kalinya dipercaya Presiden Joko Widodo (Jokowi) duduk di kabinet.

“Saya berada di sini kembali mengenang masa kecil saya, sangat membanggakan dan membahagiakan menjadi bagian keluarga besar TNI/Polri,” ujar Siti Nurbaya, di Aula Komplek Polri Munjul, Cipayung, Jakarta Timur, Jumat (10/7/2020).

Siti Nurbaya mengatakan, ayahnya yang angkatan 45 selalu menanamkan karakter yang kuat kepada kami anak-anaknya yang jumlahnya delapan. “Ayah tidak pernah marah, tetapi menanamkan disiplin yang sangat kuat pada kami. Kalau ayah sudah melirik saja, kita tahu, itu pertanda ada sesuatu yang harus kita kerjakan,” kenangnya.

Siti Nurbaya menceritakan sosok ayahnya, Moh. Bakar di hadapan hadirin keluarga besar FKPPI dalam acara penyerahan bantuan berupa paket sembako yang diberikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Bantuan diberikan kepada pensiunan, purnawirawan, warakawuri, dan masyarakat kompleks Perumahan Polri yang terdampak pandemi Covid-19, yang dilakukan di Aula Komplek Polri Munjul, Cipayung, Jakarta Timur.

Betapa kuat ingatan pada sang ayah yang berhasil mendidik anak-anaknya, Siti Nurbaya mengatakan, “Ayah selalu menanamkan karakter yang kuat kepada kami anak-anaknya yang jumlahnya delapan. Ayah tidak pernah marah, tetapi menanamkan disiplin yang sangat kuat pada kami. Kalau ayah sudah melirik saja, kita tahu, itu pertanda ada sesuatu yang harus kita kerjakan,” kata Siti.

Masih menceritakan sosok ayah-ibunya, Siti Nurbaya mengungkapkan, ketika di rumah, di ruang tamu, di situ ada pohon sirih gading. Ketika ayah tahu ada daun yang jatuh dan jatuh bukan karena patah tapi karena daun sudah tua, dia hanya menanyakan, “Tadi siapa yang lewat disini ? Mengapa ada daun yang potel ? Artinya ada seseorang yang berada di situ dan perlu dicek mengapa ada orang disitu ? kata Siti sambil menambahkan bahwa sesuatu yang terjadi di sekitar kita patut diketahui atau dicurigai dengan kewaspdaan yang tinggi. “Ini pesan kuat yang saya ambil dalam hidup,” ujar Siti Nurabaya.

Menteri Siti juga menceritakan kalau sejak kecil, ketika masa sekolah dasar (SD), seringkali ikut ibunya, Sri Banon, asal Lampung, untuk mengikuti kegiatan Bhayangkari. Misalnya dalam acara-acara antara kegiatan lomba tentang keluarga yang ideal dengan antara kain salah satu ukurannya adalah keberhasilan rapor sekolah anak-anak.

“Keluarga ayah dan ibu saya sering menang lomba sebagai keluarga yang baik karena anak-anak ayah dan ibu nilai sekolahnya bagus-bagus, hehhehe,” kata Siti Nurbaya sumringah.

Sang ayah yang asli Betawi ini, pensiun dari dinas kepolisian tahun 1977, tak lama setelah mantan Kapolri Hoegeng pensiun. “Ayah sangat mengagumi Pak Hoegeng. Dialah sosok polisi yang menjadi idola ayahnya karena Pak Hoegeng dikenal bersih, disiplin, sederhana, dan pengabdiannya yang besar untuk negara,” ujar Siti Nurbaya.

Kepada kader FKPPI, Siti Nurbaya yang kini dipercaya sebagai ketua Dewan Pertimbangan DPP FKPPI memberi semangat kepada kader FKPPI dan menyatakan harus bangga menjadi keluarga besar FKPPI.

“Saya percaya, keluarga besar TNI-Polri ini merupakan modal besar bagi bangsa Indonesia untuk maju, sebab sejak kecil sudah ditanamkan berbagai hal yang baik dan karakter yang kuat,” katanya. (rizal/fs)