Tulisan ini saya buat dalam rangka menjawab pertanyaan beberapa orang teman kepada saya terkait komentar suportif saya sehubungan dengan langkah Pemerintah RI membeli Kapal Selam dari Korea. Argumen teman-teman kurang lebih menyayangkan langkah tersebut karena adanya anggapan bahwa dengan jumlah anggaran yang sama, bisa membeli alutsista yang lebih canggih dari kapal selam. misalnya saja membeli/mengembangkan Inter-Continental Ballistic Missile (ICBM).

Ada juga yang mengutarakan; “bukankah lebih baik mengutamakan kesejahteraan daripada persenjataan?”. inti daripada pertanyaan-pertanyaan yang timbul kurang lebih sama yaitu: “mengapa harus kapal selam?” saya akan memfokuskan tulisan ini pada pertanyaan mengenai mengapa harus kapal selam. pertanyaan mengenai relasi antara kesejahteraan-persenjataan akan saya bahas di kesempatan lain.

Ada beberapa poin penting yang akan saya jelaskan untuk menjawab pertanyaan tersebut.

1. ‘Hiu Kencana’.

Sejarah kejayaan Angkatan Laut (AL) Indonesia tidak bisa dilepaskan dari sejarah armada Kapal Selam (KS) kita yang bernama ‘Hiu Kencana’. Pada era 60-an Indonesia disegani dan ditakuti karena ketika itu kemampuan AL kita termasuk yang cukup maju diantara negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara. Ketika itu Indonesia tercatat memiliki 12 KS: KRI Tjakra, KRI Nanggala, KRI Nagabanda, KRI Trisula, KRI Nagarangsang, KRI Tjandrasa, KRI Widjajadanu, KRI Hendradjala, KRI Bramasta, KRI Pasopati, KRI Tjundamani, dan KRI Alugoro. Semuanya dibeli bertahap dari Russia (ketika itu Uni Sovyet) dilengkapi dengan persenjataan tercanggih pada jamannya, dan diberi nama sesuai dengan nama-nama senjata dari legenda pewayangan. Tidak hanya disegani di Asia Tenggara, AL Indonesia disegani oleh Belanda, Australia dan negara besar lain tidak terkecuali AS.

Dalam buku “50 tahun Pengabdian Hiu Kencana 1959-2009” yang berisikan kumpulan kisah nyata dari para perwira dan awak armada KS, banyak terdapat kisah heroik mengenai ‘efek gentar’ atau ‘Deterrence’ yang berhasil ditimbulkan oleh armada KS kita. Misalnya terhadap kapal induk Belanda Karel Doorman di perairan Irian Barat saat operasi Trikora. Atau kisah-kisah mengenai kesuksesan operasi militer yang bersifat rahasia di luar negeri. Singkat kata musuh berhasil dibuat benar-benar berpikir ulang untuk konfrontasi terbuka di laut dengan AL Indonesia. Dan kawan menjadi benar-benar segan. Sejarah Hiu Kencana memainkan peran penting dalam membentuk efek ‘Deterrence’ yang penting bagi Indonesia dan selalu diingat oleh negara lain hingga kini.

2. Senyap dan Menggentarkan Lawan.

Saya akan mulai penjelasan pada bagian ini dengan pertanyaan sederhana: “Dimanakah Kapal Selam Amerika Serikat Berada Sekarang?” jawabannya tentu tidak sesederhana pertanyaannya. Untuk menentukan lokasi KS hanya bisa melalui sonar, komunikasi radio atau pengiriman sinyal dari KS ke home base. Sonar memiliki keterbatasan pada kedalaman tertentu. Komunikasi radio dan elektronik lain bisa dimatikan sewaktu-waktu. Dan pengiriman sinyal hanya dilakukan pada waktu tertentu dan jam tertentu. Artinya KS lebih sulit ditemukan terkecuali apabila ditemukan oleh KS lain yang relatif dekat. Dalam kondisi tertentu KS modern bisa mengaktifkan moda siluman untuk menghindari sonar lawan dan melakukan serangan dadakan. Disinilah letak kelebihan KS sebagai sebuah ALUTSISTA. Kemampuannya untuk ‘bersembunyi’ di kedalaman laut selalu menimbulkan efek gentar bagi lawan. Tidak heran jika negara-negara adidaya kemudian memanfaatkan KS sebagai peluncur rudal dengan hulu ledak nuklir, sarana angkut pasukan khusus dalam operasi klandestin ataupun menggunakan KS sebagai dukungan “tak terlihat” pada saat operasi militer sedang berlangsung. KS menjadi ancaman nyata yang membuat lawan tak bisa tenang ketika harus berupaya menemukan lokasinya. Ini karena dalam peperangan, kondisi senyap dapat menghasilkan element of surprise yang sangat mempengaruhi hasil akhir suatu pertempuran.

3. Tuntutan Strategis

Sebagai sebuah negara kepulauan yang mayoritas wilayahnya adalah laut dan secara geografis memiliki letak sangat strategis, Indonesia dituntut untuk selalu antisipatif dalam menyikapi dinamika yang terjadi di lingkungan tempat Indonesia berada. Dalam hal ini lingkungan tersebut adalah Asia Tenggara dan lebih luasnya lagi Asia Pasifik. Trend perkembangan ALUTSISTA di Asia Pasifik kedepan erat kaitannya dengan laut sebagai lokasi dimana sumber kesejahteraan berada (SDA yang melimpah dan belum tereksplorasi sepenuhnya). Selain tentunya sebagai mandala peperangan (theater of war) dan sumber potensi konflik.

4. Doktrin Pertahanan

Doktrin pertahanan kita yang juga dikenal sebagai Sistem Pertahanan Rakyat Semesta bersifat defensif pasif. Artinya kita mengamankan wilayah kita dari potensi ancaman yang datang dari luar. Wilayah kedaulatan kita adalah lautan yang terdapat hamparan kepualuan. Artinya laut adalah benteng pertama yang harus dijaga sebelum musuh bisa masuk ke daratan. Kita tidak menganut doktrin pertahanan seperti AS dengan pre-emptive attack nya yang memungkinkan gelaran kekuatan militer dilakukan diluar wilayah sendiri. Terkecuali kasus khusus (pembebasan MV Sinar Kudus di Somalia misalnya). Sehingga pengembangan teknologi ICBM menjadi opsi jangka panjang.

5. Perkembangan Teknologi dan Sifat Adaptif Manusia.

Manusia secara alamiah diciptakan untuk hidup di daratan bukan di laut atau udara. Itulah sebabnya dalam rangka ‘survival’ manusia terus mengembangkan teknologi bantu seperti pesawat atau kapal selam. Untuk menghadapi potensi ancaman di laut maka kita harus adaptif mengikuti perkembangan teknologi ALUTSISTA laut. Tengok Singapura, wilayah lautnya amat terbatas. Tetapi tetap membeli kapal selam sekalipun tidak diparkir di negara sendiri. Alasannya, mereka tidak mau ketinggalan teknologi. Atau AS yang memproduksi kapal perang jenis Litoral Combat Ship yang khusus dikembangkan untuk mampu bermanuver taktis di perairan Asia Pasifik dengan pulau-pulaunya.

Singkatnya berdasarkan karakter wilayah dan urgensi maka Kapal Selam jadi salah satu pilihan utama dalam pengembangan ALUTSISTA laut.

Semoga tulisan ini bisa menjawab semua pertanyaan diatas. Jikapun belum cukup maka saya selalu terbuka untuk sebuah diskusi ditemani oleh secangkir kopi arabica hitam.

Akhir kata saya tutup dengan motto armada Kapal Selam kita:

Wira Ananta Rudira – Tabah Sampai Akhir

Selamat beraktifitas!

 

Jakarta, 9 September 2018

Tide Aji Pratama
Wakil Ketua Pemuda & Olahraga
Pengurus Daerah IX KB FKPPI DKI Jaya